Jalanan yang lengang memang selalu menggoda, memacu sepeda
motor bermesin matic pada kecepatan maksimalnya. Lengang dan gelap memang
manawarkan terpacunya adrenalin. Sedikitnya kurang lebih 2 kilometer dari
pemberhentian lampu merah, di sebuah pinggiran kota pesisir. Tergeletak seorang
pemuda di bahu jalan dengan jaket merah lusuhnya, celana jeans hitam yang
terlihat sesak untuknya, dan sepasang sepatu kets yang sudah tak berada pada
tempat semestinya, dengan motor yang telah berserakan di sebuah lubang galian
jalan. Nafas pemuda itu tersengal sengal, belum terlihat ingin bangkit dari
kecerobohannya, tak terlihat ada luka di badannya. Hanya sedikit kepanikan yang
terpancar dari raut mukanya, sambil
memikirkan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Tak membutuhkan
waktu lama untuk mengumpulkan beberapa orang atas peristiwa yang terjadi di
lingkungan mereka, karena memang jarum jam pada saat itu masih menunjukkan
pukul 8 malam. Masih terlalu ramai untuk masyarakat yang berkegiatan di daerah
pinggiran kota itu.
Pemuda itu
terlihat mulai menguasai keadaan, ia bangkit dengan gontainya, sambil beberapa
kali menyentuh bagian bagian tubuhnya yang sepertinya hanya ada beberapa memar.
Dengan bantuan beberapa orang, di kawal lah pemuda itu dengan tertatih tatih
menuju salah satu rumah penduduk yang dengan baik hati mencoba mengobati
beberapa luka yang memang tak terlalu parah. Pria paruh baya itu segera memapah
si pemuda menuju teras rumah dengan tempat duduk yang dengan tergesa gesa di siapkan
oleh istri dari pria paruh baya itu, sembari menawarkan segelas teh hangat
untuk sekedar menenangkan si pemuda sial itu. Dengan sedikit terbata bata,
pemuda itu mulai menceritakan kejadian yang baru saja ia alami, walaupun pemuda
itu masih belum mengerti benar kenapa ia bisa mengalami kejadian itu. Kejadian
itu begitu cepat,pemuda itu hanya ingat ketika motor nya melaju cukup kencang,
dari arah berlawanan muncul mobil dengan lampu jauh yang menyilaukan, hingga
kemudian, pemuda itu baru tersadar akan kewaspadaanya berkendara setelah
didepan telah tertancap sebuah papan peringatan tentang perbaikan jalan. Tanpa
ada yang bisa menghentikan ditabraknya papan itu, untungnya dengan kesigapan
pemuda itu, ia berhasil mellompat ke sisi kiri bahu jalan, mengorbankan motor
maticnya untuk masuk ke lubang galian. Bapak itu dengan seksama mendengar
cerita yang baru saja dialami si pemuda, sambil beberapa kali mencoba
menenangkan.
Jam tangan
dengan kaca yang terlihat retak itu menunjukkan pukul 9 malam, terlalu malam untuk
melanjutkan perjalanan, tapi pemuda itu seolah olah tak ingin merepotkan lagi keluarga kecil yang telah menolongnya.
Sembari memeriksa kendaraannya yang telah porak poranda dan ternyata masih
cukup layak untuk dipaksa melanjutkan perjalanan, walaupun kondisi ban depan
yang telah robek cukup lebar. Pemuda
itupun berpamitan dengan penuh terima kasih kepada pria paruh baya beserta
istrinya, walaupun hanya sekedar teh hangat dan kursi kayu yang menenangkan.
Dengan penuh hati hati pemuda itu melanjutkan perjalanan, karena kerusakan
motornya kali ini tak mampu untuk dipaksakan lebih jauh. Kurang lebih 20 km/jam
laju motor kali ini, menyusuri jalanan yang gelap, yang penuh tikungan, tak ada
marka jalan, tak ada penerangan, hanya ada rimbunan pohon pohon liar yang
berjajar di perbukitan, sendirian. Biasanya perjalanan yang mampu ditempuh 1
jam, untuk malam ini terpaksa ditempuh selama 3 jam, dengan penuh kehati hatian
tentunya. Sekitar pukul 1 dini hari pemuda itu telah sampai di halaman tempat
tinggalnya, Kecemasan kembali melanda, pemuda itu cemas jika orang tuanya
mengetahui kejadian yang dialamainya beberapa jam yang lalu. Tetapi, karena
memang kondisi saat itu harus mengetuk pintu dan tak ada pilihan lain. Sebelum
tangan pemuda itu menyentuh daun pintu, terdengar dari arah dalam hunian suara
kunci pintu yang dibuka. Seorang pemuda muncul dari balik pintu, usianya
terlihat lebih tua dari pemuda itu, dengan senyum khas yang menyindir, pemuda
yang lebih tua itu tampak sedikit ada kecemasan dan bertanya perihal apa yang
telah terjadi. Sebelum jawaban terucap dari mulut pemuda itu, pemuda yang lebih
tua itu kembali masuk ke rumah untuk membangunkan orang tuanya agar mengetahui
apa yang telah terjadi pada putranya. Kecemasan dan amarah menyatu dan muncul
di raut muka orang tua pemuda itu. Kembali pemuda itu menceritakan apa yang
telah terjadi dan terlihat mencoba menenangkan orang tuanya, dan meyakinkan
bahwa pemuda itu tidak mengalami luka yang serius. Setelah cukup akan
ceritanya, pemuda itu meminta ijin untuk ke kamar mandi untuk membasuh badannya
yang sedikit lusuh akibat kecelakaan itu. Menanggalkan jaket merah lusuhnya,
pemuda itu masuk ke dalam kamar mandi. Dengan guyuran shower dengan air
hangatnya, batin pemuda itu bergejolak.
“Seharusnya hubungan ini tak perlu
terjalin, atau aku yang terlalu naif memaksa hubungan ini?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar