Minggu, 22 Mei 2016

Can't Stop The Feeling

Malam kali ini menjadi kambing hitam atas kerinduan akan kepahitan yang hakiki dari sebuah cangkir berisi cairan pekat berwarna hitam, kopi. 

Aku menipu diriku, aku tak pernah merindukan kopi, karena memang hariku selalu berisikan kopi. Aku merindukanmu, merindukan menatapmu secara sembunyi-sembunyi, merindukan suaramu yang begitu menggaung ditelingaku, yang tanpa kau sadari aku mendengarkan setiap ocehan yang keluar dari bibirmu. Tentu saja ini bukan merindu yang absolute,  karena aku belum pernah dan belum sanggup mempertanyakan perasaanmu. Karena aku begitu jauh untuk menggapaimu. Aku merindukanmu itu tentu, tapi apakah kau merindukanku?. Mungkin lain waktu aku akan bertanya padamu tentang itu.

Cangkir pertama dari kopi robusta yang diseduh menggunakan metode France Press telah berlalu. Kedai yang tadinya hiruk pikuk kini telah berubah pilu, satu persatu pelanggan berlalu, hanya segelintir manusia penikmat kopi yang masih saja duduk duduk bercakap membunuh waktu. Tentu saja kau masih berada dalam pikiranku, imajinasi-imajinasi yang mulai tertorehkan dalam bentuk tulisan digital yang tentu saja bertuliskan tentangmu, tentang masa lalu pahitku yang kini berubah menjadi harapan harapan baru, harapan yang masih dalam bentuk mimpi, usaha, dan realisasi. Harapan tentang kau yang berada di sampingku.

Bagaimana kabarmu?
Apakah kau masih secantik  dahulu?
Apakah kau masih sama seperti foto fotomu dalam bingkai media sosialmu?
Apakah kau masih canggung ketika berhadapan denganku?

Semoga kau tetap sama seperti yang dahulu, sama seperti disaat pertama kali kita bertemu. Perasaan yang sama setiap kali aku berjumpa denganmu.

Apakah kau pernah membaca tulisanku?

Semoga saja belum, karena memang aku masih terbuka hanya melalui tulisanku, yang belum sempat terbuka melalui bibirku.

Blog Am I Coward telah migrasi ke rumah baru, link di bawah ini akan mengantarkan anda ke rumah barunya   hudiyawan.id   Maaf ata...