Aku punya seorang teman yang memiliki situasi yang mirip denganku bahkan
lebih parah. Cerita ini aku dapat dari temanku langsung ketika aku sudah merasa
jika kisahku ini musti di ceritakan ke orang terdekatku, seenggaknya bisa
sedikit mengurangi bebanku. Dengan seksama aku mendengar tiap detil cerita yang
di utarakannya, mencoba tegar tapi terlihat dari matanya ada sedikit sisa sisa
kekecewaan di dalam masa lalunya.
Sebut saja Ardi nama temanku, Aku kenal Ardi semenjak semester pertama
kuliah. Dia tinggal di kota tempatku kuliah, bisa di bilang dia menjadi guide
ku di kota ini karena memang aku belum mengetahui seluk beluk daerah yang
menjadi tempat tinggalku sementara ini. Ardi tipikal orang yang sederhana gak
neko neko, satu hal yang membuatku harus belajar banyak dari dia. Bagai mana
dia mampu melewati suatu kejadian yang bisa merubah seseorang yang pesimistis
menjadi seseorang yang penuh optimis.
Ardi dulu memiliki pacar yang cantik menurutku, seorang wanita berhijab
yang kalem ke ibuan, wanita mandiri yang memutuskan untuk bekerja setelah dia
lulus SMA, sangat cocok jika kelak menjadi pendamping Ardi. Pasangan bersahaja
menurutku, chemistry yang dapat dirasakan orang lain. Mereka menjalani kisah
mereka hampir selama 5 tahun, selama itu pula aku yang baru saja menjalin
hubungan dengan seorang wanita ter influence dengan kebersamaan mereka. Ardi tampak begitu semangatnya
membantu mewujudkan mimpi mimpi kekasihnya itu, kesana kemari mencarikan
pekerjaan yang bisa membantu keluarga kekasihnya. Berat memang bagi wanita yang
masih muda dan masih memiliki mimpi tetapi harus mengubur mimpinya demi
keluarganya. Yang bisa dilakukan Ardi ialah membantu kekasihnya itu dengan
segenap kemampuanya. Hingga akhirnya wanita itu di terima di salah satu
perusahaan waralaba berupa market yang cukup terkenal di Indonesia. Bangga
memang memiliki kekasih yang mampu dengan kemandirianya, terlihat dari cara
Ardi menatapnya. Hari hari yang mereka lalui terlihat semakin harmonis, membuat
iri bagi mereka yang melihatnya. Entah mengapa pada suatu hari raut wajah Ardi
temanku ini berubah, bukan sosok Ardi yang biasanya. Terlihat murung, tak ada
semangat, bingung, teman teman yang lain pun merasa demikian. Ketidak tegaan
kami pun membuat kami untuk bertanya perihal permasalahan apa yang di
hadapinya.
Dengan suasana yang penuh hening Ardi mulai bercerita tentang kejadian
yang di alaminya, mata yang berkaca kaca penuh kepedihan terpancar. Dia
kehilangan kekasihnya, hilang begitu saja, tanpa kata perpisahan, penyebabnya
pun tak ada, wanita itu tiba tiba hilang begitu saja. Ardi bercerita kalau dia
sudah berusaha mencari keberadaan nya, dengan informasi dari orang tua wanita,
wanita itu telah di pindah tugas kan ke luar kota, tanpa pikir panjang Ardi pun
berangkat ke kota di mana wanita itu di pindahkan dan begitu terkejutnya Ardi
mendengar bahwa wanita itu telah pindah dengan suaminya, ya suaminya. Sebuah
berita yang membuat diriku pun terkejut mendengarnya, bagaimana bisa?. Ardi
yang tak berdaya dengan apa yang di dengarnya pulang dengan kecamuk di dalam
hatinya, aku dapat merasakan apa yang dia rasakan. Kecamuk itu terus menghantuinya
berhari hari antara percaya dan tidak. Hingga pada suatu hari dia kembali ke
rumah orang tua wanita itu untuk mencari kebenaranya. Dengan penuh kata maaf
dari orang tua wanita itu, mereka bercerita bahwa wanita yang Ardi kasihi
selama ini baru saja menikah dengan seorang pria. Kebenaran yang pahit tapi
cukup untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi selama ini.
Aku akui peristiwa yang di alami temanku ini tak mudah untuk begitu saja
dilupakan, seperti bayi yang baru saja di lahirkan hanya tangis yang dilakukan,
hingga ada saatnya bayi itu tumbuh menjadi balita dan berlarian kesana kemari
penuh tawa.
Hari berganti hari berlalu begitu saja, tanpa ada orang yang mampu
menghentikanya. Hingga Ardi temanku ini harus tak lagi membantu mengejar mimpi
orang lain, Dia putuskan untuk mngejar mimpinya, mimpi menjadi sarjana yang
harus dilalui penuh dengan kepedihan. Goresan luka dalam hatinya membuat dia
mampu mewujudkan mimpinya.
Belajar dari orang yang pernah merasakan membuat kita mampu melangkah
tegap kedepan.
Akan kususul kau temanku dengan togaku.