Kedai ku penuh dengan pasangan
pasangan baru, meja di sebelah kananku terisi oleh kawanku yang ditemani oleh
pasangannya. Berdua berbagi tawa tepat ketika kursi kosong baru saja diduduki,
pasangan yang masih baru, tersirat dari cara mereka saling menatap, binar binar
mata yang penuh hasrat yang menggebu, sama seperti tingkah dan perilaku yang
menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan baru. Jika saja peridksiku salah,
kemungkinan mereka baru saja merayakan sesuatu, entah ulang tahun, entah
perayaan hari dimana hubungan dia dimulai.
Berbeda dengan meja di sebelah
kiriku, bukan kawanku, hanya saja dua orang pasangan yang masih asing di
mataku. Gerak geriknya menandakan mereka dalah pasangan yang cukup lama.
Obrolan mereka di isi dengan diskusi diskusi rancu, yang terkadang tetap
memberikan sentuhan sentuhan komedi, meskipun sedikit. Tema diskusi yang cukup
membosankan yang terpaksa masuk di telingaku, di ruangan sempit kedai
langgananku.
Menghibur diri dengan ketikan
rangkaian rangkaian catatan cacat yang
tertuangkan di lembaran digital dunia maya. Sendiri ditemani secangkir kopi dan
asap laknat yang masih berusaha di hentikan. Mengamati pasangan seperti mereka
membuatku iri, meskipun mencoba untuk menekan rasa iri, tapi iri selalu
mempunyai tempat di hati, sekecil apapun, di selalu ada menghantui.
Aku pernah mengalami masa masa
seperti mereka, masa awal bersama pasangan, masa kebosanan yang muncul ketika
waktu yang terlalu lama di habiskan bersama pasangan. Ketika itu pun aku
menyerah kalah, tak mampu melawan kebosanan, menerima kebosanan lalu pergi
mencari kebersamaan yang aman. Kebersamaan bersama kawan kawan yang kelak akan
memunculkan perpisahan. Entah kesibukan dan keluarga akan menjadi kambing hitam
yang paling utama ketika kebersamaan itu bersama kawan.
Sore yang lalu aku masih bersama
mereka dengan kebersamaan amannya. Menikmati berbagai hidangan mulai dari kopi teh
hingga minuman unik lainya. Berbagi tawa tanpa ada yang merasa terhina, berbagi
duka tanpa ada tangis diantaranya. Karena merekalah yang membumikan kita ketika
kita bahagia, dan merekalah yang menjadi tongkat untuk menguatkan kita.
Malam ini sedikit sendiri,
kepahitan kopi yang hakiki dengan sedikit mengamati, pasangan yang menikmati
waktu mereka dengan cara mereka sendiri. Mengagumi mereka walau dengan sedikit
iri. Sembari menata diri untuk siap menghadapi hal hal baru kedepannya nanti,
meskipun hal yang berurusan dengan hati.