When our heart
completely healed from the latest pain that we had got, We should try to keep it alive.
Seperti musim
hujan yang tak ingin tergantikan dengan kemarau yang panjang. Angin ketidak
relaan yang berhembus kencang dengan sisa embun penghujan melambaikan
perpisahan. Hujan dan mendung yang dulu selalu riang berubah bosan mencoba
terlupakan. Hadir ketidak nyamanan yang
menampilkan kenangan dalam setiap lamunan. Tertuang dalam lembar lembar
catatan, catatan sebuah kenangan.
Terakhir kita
bertatap muka ketika kau meminjam beberapa buku yang telah terbaca olehku, 4
tahun yang lalu, hingga sekarang pun aku begitu penasaranya untuk bertemu
kembali denganmu. Sedikit cara kulakukan untuk kembali berada dalam lingkunganmu,
yang dulu sempat kulakukan secara menggebu. Hingga rasa yang indah itu mampu
melukaimu, tidak ada sedikitpun terbesit dalam benakku untuk melukaimu. Kau berlalu, menjejakkan kaki di dunia baru,
dengan berbagai macam warna warni melingkupi ruang hidupmu, tapi aku hanya
melihat biru.
Ingatanku akan
dirimu melambat pelan mencoba kabur. Menampilkan potret memburam yang tertelan
pekatnya temaram. Mengingatmu seakan menjadi kegiatan yang menyulitkan, hanya
mampu mengingat momen keberadaan dirimu tanpa ada raut indah wajahmu. Semakin
membuatku penasaran seperti apa ekspresimu. Apakah kau masih tersenyum seperti
dahulu? Apakah gincu merahmu membuat kau secantik dahulu? Atau malah membuatmu
kaku?.
Aku ingin
sekali berbincang denganmu, bercerita tentang masa lalu, cerita cerita yang
belum pernah ku ketahui setelah kepergianmu, hingga rencana rencana rahasiamu yang hanya
dirimu yang tahu tentu. Aku ingin mendengar langsung darimu. Duduk saling
berhadapan bertatapan, di sebuah meja kecil dengan 2 cangkir kopi hitam
menemani, mungkin kau bisa mengganti kopi dengan minuman yang lain jika kau
tidak suka kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar