Setelah terikat teriknya senja,
sehabis jejak roda motor terpatri di keringnya aspal kota Malang, dan dingin
pergantian hari menjelang, kutuliskan paragraf paragraf kenangan untuknya.
Paragraf paragraf cacat tentang episode episode kebersamaan kita yang begitu
dalamnya tertanam tanpa ada titik, tanpa ada koma. Aku hanya menulisnya, bersama kata kata yang
aku sendiri tak sanggup menterjemahkan bahasa relung paling dalam di jiwa. Aku
menulisnya dengan sisa sisa cinta yang belum sempat atau bahkan belum mampu aku
sirnakan. Di setiap tetes mata yang sempat kau curahkan, di setiap rasa yang
dulu sempat kita banggakan, tulisan tulisanku yang belum sempat aku curahkan
untuk sekedar mencatat kenangan.
Aku hanya mencatat kenangan,
mencatat duka, mencatat suka, mencatat senyum, mencatat tawa, mencatat gairah,
mencatat amarah, mencatat bimbang, mencatat dendam. Mencatat pagi dengan
embunnya yang sejuk menerawang, mencatat siang dengan teriknya yang menyita kenangan,
mencatat senja dengan segala kesunyian yang menerjang prahara, mencatat malam
dengan perapalan doa.
Aku hanya mencatat kenangan,
kenangan yang hampir terlupakan, oleh mereka yang ternyata bukan pilihan, oleh
mereka yang hadir hanya untuk menawarkan kepahitan. Kenangan yang tiba tiba
muncul entah dari angin kekeringan, kenangan yang muncul dari secarik surat
rumah sakit yang memaksa organ bagian dalam untuk membuka gerbang kenangan.
Aku hanya mencatat
kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar