Senin, 05 Oktober 2015

Mencatat Kenangan


    Setelah terikat teriknya senja, sehabis jejak roda motor terpatri di keringnya aspal kota Malang, dan dingin pergantian hari menjelang, kutuliskan paragraf paragraf kenangan untuknya. Paragraf paragraf cacat tentang episode episode kebersamaan kita yang begitu dalamnya tertanam tanpa ada titik, tanpa ada koma. Aku hanya menulisnya, bersama kata kata yang aku sendiri tak sanggup menterjemahkan bahasa relung paling dalam di jiwa. Aku menulisnya dengan sisa sisa cinta yang belum sempat atau bahkan belum mampu aku sirnakan. Di setiap tetes mata yang sempat kau curahkan, di setiap rasa yang dulu sempat kita banggakan, tulisan tulisanku yang belum sempat aku curahkan untuk sekedar mencatat kenangan.
     Aku hanya mencatat kenangan, mencatat duka, mencatat suka, mencatat senyum, mencatat tawa, mencatat gairah, mencatat amarah, mencatat bimbang, mencatat dendam. Mencatat pagi dengan embunnya yang sejuk menerawang, mencatat siang dengan teriknya yang menyita kenangan, mencatat senja dengan segala kesunyian yang menerjang prahara, mencatat malam dengan perapalan doa.
     Aku hanya mencatat kenangan, kenangan yang hampir terlupakan, oleh mereka yang ternyata bukan pilihan, oleh mereka yang hadir hanya untuk menawarkan kepahitan. Kenangan yang tiba tiba muncul entah dari angin kekeringan, kenangan yang muncul dari secarik surat rumah sakit yang memaksa organ bagian dalam untuk membuka gerbang kenangan.
     Aku hanya mencatat kenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Am I Coward telah migrasi ke rumah baru, link di bawah ini akan mengantarkan anda ke rumah barunya   hudiyawan.id   Maaf ata...