Rabu, 20 Juli 2016

Kedai Kopi dan Mereka Yang Membuat Iri



Kedai ku penuh dengan pasangan pasangan baru, meja di sebelah kananku terisi oleh kawanku yang ditemani oleh pasangannya. Berdua berbagi tawa tepat ketika kursi kosong baru saja diduduki, pasangan yang masih baru, tersirat dari cara mereka saling menatap, binar binar mata yang penuh hasrat yang menggebu, sama seperti tingkah dan perilaku yang menunjukkan bahwa mereka adalah pasangan baru. Jika saja peridksiku salah, kemungkinan mereka baru saja merayakan sesuatu, entah ulang tahun, entah perayaan hari dimana hubungan dia dimulai.

Berbeda dengan meja di sebelah kiriku, bukan kawanku, hanya saja dua orang pasangan yang masih asing di mataku. Gerak geriknya menandakan mereka dalah pasangan yang cukup lama. Obrolan mereka di isi dengan diskusi diskusi rancu, yang terkadang tetap memberikan sentuhan sentuhan komedi, meskipun sedikit. Tema diskusi yang cukup membosankan yang terpaksa masuk di telingaku, di ruangan sempit kedai langgananku.

Menghibur diri dengan ketikan rangkaian rangkaian catatan  cacat yang tertuangkan di lembaran digital dunia maya. Sendiri ditemani secangkir kopi dan asap laknat yang masih berusaha di hentikan. Mengamati pasangan seperti mereka membuatku iri, meskipun mencoba untuk menekan rasa iri, tapi iri selalu mempunyai tempat di hati, sekecil apapun, di selalu ada menghantui.

Aku pernah mengalami masa masa seperti mereka, masa awal bersama pasangan, masa kebosanan yang muncul ketika waktu yang terlalu lama di habiskan bersama pasangan. Ketika itu pun aku menyerah kalah, tak mampu melawan kebosanan, menerima kebosanan lalu pergi mencari kebersamaan yang aman. Kebersamaan bersama kawan kawan yang kelak akan memunculkan perpisahan. Entah kesibukan dan keluarga akan menjadi kambing hitam yang paling utama ketika kebersamaan itu bersama kawan.

Sore yang lalu aku masih bersama mereka dengan kebersamaan amannya. Menikmati berbagai hidangan mulai dari kopi teh hingga minuman unik lainya. Berbagi tawa tanpa ada yang merasa terhina, berbagi duka tanpa ada tangis diantaranya. Karena merekalah yang membumikan kita ketika kita bahagia, dan merekalah yang menjadi tongkat untuk menguatkan kita.

Malam ini sedikit sendiri, kepahitan kopi yang hakiki dengan sedikit mengamati, pasangan yang menikmati waktu mereka dengan cara mereka sendiri. Mengagumi mereka walau dengan sedikit iri. Sembari menata diri untuk siap menghadapi hal hal baru kedepannya nanti, meskipun hal yang berurusan dengan hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Am I Coward telah migrasi ke rumah baru, link di bawah ini akan mengantarkan anda ke rumah barunya   hudiyawan.id   Maaf ata...