Rabu, 15 Juni 2016

Conversation With The Man Who Enthusiastic With Listening



Terkadang seseorang yang baru pertama kali kita temui pun mampu memberikan secercah semangat yang bahkan teman terdekat kita belum mampu memberikan. Profesi seseorang yang di negara yang berpenduduk terbanyak nomer 3 di dunia  hanya ada kurang lebih dari 800 orang, sayangnya profesi ini hanya terpusat di kota kota besar saja. Bahkan di Jepang rasio profesi ini dengan populasi penduduk 1:1000 sedang kan di Indonesia 1:500000. Profesi di bilang kurang tersebar  di sejumlah wilayah Negara Indonesia ini adalah psikiater.

Hari itu, seorang pemuda seperempat abad beranjak bangun dari tidur lelapnya, matahari belum nampak, tapi secara mengejutkan pemuda yang bernama Pip itu terbangun dengan sigapnya. Sudah beberapa tahun ini Pip bukan seorang manusia pagi, dia selalu terjaga di malam malamnya dan terbangun ketika matahari sudah di tengah garis katulistiwa. Ada perasaan aneh pada dirinya karena memang pagi telah menjadi asing baginya, karena rutinitas perkuliahannya yang memang belum terselesaikan membuat jam berkegiatanya tertukar.  Beranjak dia dari tempat tidur empuknya, segera menuju kamar mandi, membasuh muka dan bergegas menuju meja di samping dapur yang sementara ini menjadi tempat bersemayam laptop kesayangannya, Sembari mengecek beberapa postingan blognya yang sepi tentunya, tulisan tulisan yang berharap di baca oleh orang orang yang berkunjung di blog itu. 

Waktu telah menunjukkan pukul 8 pagi, dia masih ingat bahwa hari ini ada janji dengan temanya, janji berangkat bersama  untuk bertemu dengan seorang dokter gigi magang yang baik hati mau memberikan servis gratis untuk sekedar membersihkan plak plak pada gigi Pip yang telah kotor akibat kebiasaan merokoknya yang kian menjadi jadi. Sebelum mandi dia bergegas mengambil smartphone dan menghubungi temannya. Lokasi janjian kali ini di depan gedung fakultas tempat Pip dan temannya kuliah. Dengan motor matic kesayanganya dia berangkat menuju gedung fakultasnya. Tak membutuhkan waktu yang cukup lama mereka berdua bertemu, tanpa basa basi Pip segera mengajak temannya menuju lokasi klinik dokter magang tersebut, Baru saja mereka menginjakkan kaki di parkiran fakultas, Pip mendapatkan kabar dari dokter magang tersebut bahwa hari ini praktek pembersihan gigi di batalkan karena ada sesuatu hal yang mendadak, dan ritual pembersihan gigi itu akan di ganti esok harinya. Akhirnya mereka berdua kembali ketempat di mana mereka bertemu di pelataran gedung fakultas sambil berdebat tentang kegiatan apa saja yang hari ini akan di lakukan.

Perdebatan kali ini cukup sengit Pip ingin nongkrong di salah satu pujasera kampus, dan temanya ingin wifi an di salah satu instansi pemerintahan berbasis IT. Perdebatan yang cukup sengit itu terhenti setelah tanpa sadar mereka berada di samping ruang Psikologi. Karena memang mereka berdua masih bermasalah dengan pengerjaan skripsinya, tanpa ada kata sepakat mereka berdua mengetuk pintu ruang psikologi. Tanpa sedikitpun gentar mereka masuk ke ruang itu, dan bertemu dengan seorang pria rapi dengan kemeja bergaris dengan dominasi warna cokelat,  bercelana hitam berbahan kain, dengan sepatu hitam mengkilap, tentunya rambut klimisnya yang tetap menjadi tatapan awal mereka. Dengan nada sopan Pria tersebut mempersilahkan duduk kepada keduanya. Pip dan temannya terlihat belum mau mengawali percakapan  sebelum dipersilahkan, Intonasi Pria ini begitu dalam lebih terdengar menenangkan, setelah pertanyaan dari pria itu untuk mengawali percakapan yang memang dia terlihat ahli dalam bidang nya, Pip mengutarakan maksud kedatangan meraka walaupun penuh spekulasi, tanpa ada persiapan. Kali ini Pip mengutarakan permasalahannya perihal skripsi yang telah lama terbengkalai, dari hal yang di bicarakanya, dia terdengar ingin kembali semangat dalam pengerjaan skripsinya, walaupun ketakutanya bertemu kembali dengan dosen pembimbingnya menjadi penghalang baginya untuk kembali semangat.

Dengan penuh antusias Pria yang berprofesi sebagai psikiater di fakultas tempat Pip kuliah ini mendengar kan ocehan ocehan yang terdengar serius. Hingga Pria itu bertanya penyebab dari terbengkalainya skripsi itu. Pip pun kembali menjelaskan penyebabnya, dia terlihat ragu untuk memulai alasan nya. Dia menarik nafas dalam dalam dan segera memberikan salah satu alasanya, dengan sedikit malu Pip menyebutkan salah satu penyebabnya, dan alasan yang terlintas di pikirannya kali itu adalah masalah berakhirnya jalinan  asmara. Sebelum Pip memulai alasan asmaranya, dengan nada yang meninggi dan masih terdengar sopan, pria itu menyarankan bahwa seharusnya Pip datang ke ruangan itu jauh jauh hari setelah kisah asmaranya berakhir, dan kemudian Pria itu mempersilahkan Pip untuk memulai ceritanya.

Pip berusaha menceritakan kisahnya secara garis besar tanpa mendetail, karena memang pria yang di ajak bicara ini adalah seseorang yang memang baru pertama di temui. Pria itu mengubah posisi tanganya, yang sebelumnya mendengarkan dengan tangan bersedekap di atas meja, kini posisi tangannya berubah mengatupkan kedua telapak tangannya dan di taruhnya di dekat mulutnya, terlihat antusias pria itu mendengat ocehan Pip. Setelah Pip selesa bercerita, pria itu pun memberikan beberapa solusi solusi yang cukup melegakan, solusi pertama tentang permasalahan skripsinya terdengar lebih rasional dan tentunya tidak ada permasalahan yang perlu di takuti kecuali ketakutan untuk bertemu dengan dosen pembimbing, cukup menunjukkan keberanian sebelum menghadap dosen tersebut, dan tentunya Pria tersebut memberikan petuah petuahnya yang secara ajaib membuat Pip kembali semangat dan cukup berani untuk menghadap kembali. Petuah ajaib karena memang petuah petuah sebelumnya dari curhatan Pip dengan teman teman terdekatnya tidak mampu memberikan semangat Pip untuk maju melangkah. Hingga akhirnya Pria tersebut memberikan petuah petuah kehidupan tentang masalah asmara. Pria itu kemudian bercerita tentang kisah asmaranya yang bertahan selama 8 tahun bersama hingga menuju pelaminan. Kisah kisah yang terkesan heroic menurut Pip, karena memang kisah yang di alami Pria tersebut penuh liku liku. Karena memang istilah yang jaman sekarang mereka sebut pacaran, dan itu selama 8  tahun bukan hal yang di lewati dengan suka cita, tentunya ada konflik konflik yang terdengar sangat ekstrim oleh Pip, karena memang Pip belum pernah mendapatkan kejadian yang ekstrim di dunia percintaan kecuali di putus oleh pasangan. Kisah yang terinspirasi oleh Seorang Psikiater ini membuat Pip yang sebenarnya sudah move on kembali berapi api mengobarkan semangat juangnya. Senyum selalu tersungging dari bibrnya, Percakapan yang terdengar serius ini pun akhir nya sedikit demi sedikit mencair lebih santai. Terlihat kelegaan dari raut wajah Pria itu, karena sepertinya petuah petuah darinya mampu sedikit mengobarkan semangat Pip, dan tentunya Pip lebih lega juga karena ada setitik harapan yang harus dia kejar.

Tak terasa perbincangan itu cukup menyita banyak waktu, Akhirnya Pip dengan senyuman yang masih belum hilang berpamitan kepada Pria itu. Teman Pip yang sejak tadi duduk diam mendengarkan mulai mencoba memulai percakapan masalah pribadinya dengan pria itu, dan Pip memilih ijin keluar ruangan dan menunggu. Selang beberapa lama Temannya keluar dari ruang psikologi, tentunya  dengan senyum diraut mukanya. Ajaib memang karena percakapan percakapan dengan seseorang yang baru mereka temui itu mampu menyunggingkan senyum semangat. Psikiater memang bukan orang terdekat mereka tapi setidaknya seorang psikiater adalah seorang pendengar yang baik, walaupun terkadang kita tidak tahu apakah dia benar benar mendengar dengan antusias atau tidak. Terlihat antusias saja sudah cukup menenangkan. Karena kita tahu seorang psikiater tak pernah mempermalukan pasien yang di hadapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Am I Coward telah migrasi ke rumah baru, link di bawah ini akan mengantarkan anda ke rumah barunya   hudiyawan.id   Maaf ata...