11 Mei 2016, 12:23AM
Langit terlihat sengaja meneteskan rintik hujan di
awal musim kemarau, aroma khas hujan semerbak tidak terima mengakhir musim
penghujanya. Jendela yang sebelumnya berdebu , kini tergores tetesan air hujan
yang membekas. Lampu teras yang tadinya kokoh berpijar kini terlihat sendu
dengan bias jatuhnya air hujan.
Mengingat beberapa waktu yang lalu di sebuah kedai
kopi di emperan pertokoan yang tengah tutup di pinggiran jalan. Kebiasaan kami
yang semakin jarang di lakukan. Bersila bersama di sebuah tikar dengan berbagai
jajanan gorengan di hadapan kami. Berbagai minuman dengan selera masing masing
pun ikut menemani, tentu saja aku memilih kopi. Kegiatan ringan ini memang
sudah mulai jarang di jalani, terbentur kesibukan masing masing dari kami, kami
adalah sebuah perkumpulan tidak resmi yang secara kebetulan terbentuk.
Terbentuk dari sebuah peristiwa reuni alumni SMA kami yang kebetulan juga
kamilah yang mengurusi semua keperluan reuni, karena memang kami memilih
bertempat tinggal di kota kelahiran kami, tapi entah jika esok hari ada yang
pergi. Perkumpulan ini tidak ada pemimpin, kita semua setara walaupun dari
kalangan yang berbeda, kami tak pernah memikirkan latar belakang kami, karena
satu persepsilah kami menikmati perkumpulan ini, tanpa ada yang di lukai, dan
tentunya saling berbagi, entah sedih entah tawa, apapun jika itu pantas untuk
di bagi, kami membagi.
Malam ini
sedikit berbeda, ada beberapa anggota yang tidak sempat hadir. Perkumpulan yang
semuanya berjumlah 8 orang, hanya 5 orang saja yang terlihat, kami semua yang
hadir mewajarkan karena kami semua memang memiliki kesibukan masing masing.
Awal obrolan berjalan ringan, serenyah gorengan tempe yang di bakar. Tawa
selalu mengawali setiap momen yang kami lakukan, yang dianggap orang lain
melihat kami selalu membuang waktu di tempat angkringan, ah sudahlah, toh mereka
tak pernah tahu apa yang sebenarnya kami omongkan. Yang unik dari perkumpulan
ini adalah ketika jam semakin larut, semakin serius juga tema yang kami
bicarakan.
Tema kali ini adalah kehidupan berumah tangga, tema
yang wajar jika di bicarakan di perkumpulan kami, karena memang perkumpulan
kami semua anggotanya berusia waktunya menikah, ha ha ha. Kebetulan salah satu
anggota perkumpulan ini memang sudah menikah, ada yang menjelang menikah, ada
yang masih malu malu berpacaran, ada yang masih masa pendekatan, dan ada juga
yang masih murni single, saya? Masih single, tak perlu dibahas. Perkumpulan
yang terlihat remeh temeh ini malah cenderung memberikan dampak yang signifikan
untuk setiap anggotanya, berbagai pengalaman yang seperlunya dibagi memang
mampu memberi arti. Kami memang bukan saudara, tapi entalah kami merasa seperti
saudara. Semakin jarang nya momen kita untuk berkumpul memberikan waktu untuk
masing masing dari kita menciptakan cerita baru, yang kelak akan di bagi jika
kita dikumpulkan lagi. Tak perlu malu untuk berkeluh kesah, karena kami semua
memang manusia manusia yang penuh dengan keluh kesah, tak ada manusia yang
bahagia selamanya, karena persepsi kami bukan menjadikan kebahagian sebagai
tujuan, kami lebih memilih mengalir begitu saja, seperti air, dan berkat
berbagi, kami bisa memilih aliran mana yang akan kami lalui.
Hujan mulai reda, jendela yang tadinya basah, kini mengering
meninggalkan bekas debu yang terkumpul karena air, angina dingin mulai masuk di sela sela
jendela yang sengaja sedikit terbuka, agar asap yang dari tadi menyesaki kamar
mau keluar, bersama angin malam yang mulai melepas hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar