May, 19th 2016
Aku tak pernah tahu apa yang ada
di dalam pikiranmu. Selama pertanyaan itu masih ada dalam benakku. Segelas kopi
yang sedari tadi membisu, di sebuah teras baru di sebuah Stasiun Kota Baru.
Sembari menunggu kereta yang terlambat sudah setengah jam yang lalu.
Stasiun itu ramai, kursi tunggu
telah penuh dengan orang orang yang telah menungggu, keterlambatan kereta
memang sedikit mengganggu. Terlihat taman yang masih baru, menawarkan sedikit
tempat untuk termangu. Hanya penjaja kopi instan yang masih semangat merayu,
tentu saja aku memesan satu, membunuh waktu.
Rindang memang menawarkan teduh
kenyamanan,dari terik yang merindu hujan, yang terakhir basah dua minggu yang
lalu. Langit cerah membiru, awan putih hanya terlihat di langit bagian barat
kota itu. Mereka hanya terlihat mengitari gugusan gunung, di dataran tinggi
kota Batu, di balik gedung gedung kampus biru.
Kopi instan yang tadi panas kini
berubah dingin, bunyi khas stasiun pertanda datangya kereta telah menggema, gerbong
nomor 3, di tempat duduk nomor 8A, tepat di samping jendela.Kopi yang belum
terjamin kenikmatanya pun tertinggal dengan tergesa, sisa setengah gelas, tanpa
ada niatan untuk menghabiskannya.
Tujuanku bukan Swedia, walaupun
ada mimpi untuk kesana, masih ada langkah langkah lain sebelum aku kesana.
Tujuanku kali ini ke Kota mu, bukan untuk bertemu dengan mu, sekedar berada
disana untuk merasakan suasana dimana kau berada, di tempat kau terlihat
bahagia. Walaupun ada setitik rasa untuk bertemu,melepas rindu, sembari
bercerita tentang masa lalu ketika pertama kalinya kita bertemu, 7 tahun yang
lalu.
Aku belum siap untuk berjumpa
denganmu, tentu saja kau pasti tersenyum ketika bertemu denganku, seperti
biasanya ketika kita saling bertemu. Setidaknya biarkan aku bersiap dahulu,
agar senyuman itu tak hanya muncul ketika kita bertemu, senyuman itu selalu
muncul ketika rasa terima kasihku terucap ketika sarapan pagi telah siap
dihadapanku.
Woooww.... saya suka sekali cerpen ini...
BalasHapusyang saya sukai dari cerpen ida adalah gaya penulisan-nya dan gaya pemilihan bahasa-nya
saya salah satu orang yang suka menbaca cerpen anda..
saya berasal dari Timor-Leste
Terima kasih Este Amaral atas apresiasinya.
HapusMaafkan saya atas keterlambatan saya mengetahui apresiasi anda.
Terima kasih telah membaca karya cacat saya, semoga anda menyukai tulisan saya, semoga anda tetap menjadi orang yang gemar membaca.
Sekali lagi terima kasih, God bless you!